
Makassar, sulsel.ddi.or.id – Rabu malam (18/10/2023), selepas waktu maghrib, Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol. M. Ngajib menyambangi Pengurus WIlayah DDI Sulawesi Selatan di lantai 6 hotel Erin Jl Toddopuli VII No. 7 Makassar. Kunjungan ini adalah apresiasi atas kunjungan DDI Sulsel sebelumnya yang urung berjumpa dengan putra Banyumas ini meski telah dijadwalkan, karena kondisi kedaruratan yang dihadapinya.
Tuan rumah dipimpin langsung oleh ketua umum PW DDI Sulawesi Selatan, anre gurutta Dr. H. Andi Aderus, Lc, MA, didampingi wakil ketua umum Nurhasan, sekretaris umum anre gurutta Prof. Muammar Bakry, wakil sekretaris umum Muhammad Adlan, bendahara umum Andi Taufiq Eka Putra, wakil bendahara umum Tina Chalid, kepala staf PW DDI Rizkayadi Sjukri, direktur Pondok Pesantren DDI Abrad KH. Abdul Rahman Zain, ketua umum IP-DDI Sulawesi Selatan M. Arafah Rauf, PW IMDI Sulawesi Selatan Amin Khalis Yapono, serta beberapa pengurus wilayah DDI lainnya.
Andi Aderus memulai pembicaraan dengan memperkenalkan DDI kepada kapolrestabes. “DDI adalah organisasi masyarakat pra kemerdekaan yang telah berkontribusi aktif dalam upaya pencerdasan bangsa sebelum NKRI berdiri. DDI mengusung trilogi perjuangan; dakwah, pendidikan dan usaha-usaha sosial yang terwujud dalam lembaga-lembaga pendidikan DDI; pondok pesantren, pendidikan tinggi dan madrasah atau sekolah yang secara nasional telah tersebar di kurang lebih 17 provinsi. Di Sulawesi Selatan sendiri, tak kurang dari 600 lembaga pendidikan DDI yang mendidik lebih kurang 40.000 generasi bangsa.”
Wakil Rektor II UIN Alauddin Makassar ini melanjutkan, “DDI adalah organisasi masyarakat Islam terbesar di wilayah timur Indonesia. DDI secara kultur identik dengan NU, tapi DDI punya ciri khasnya sendiri. Tokoh-tokoh utama NU Sulawesi Selatan sendiri banyak diisi oleh orang-orang DDI. Di Sulsel, ada almarhum anre gurutta Sanusi Baco, dan di level nasional almarhum anre gurutta Ali Yafie pernah duduk sebagai ketua umum PBNU.”
Sekretaris Umum, Muammar Bakry, melanjutkan bahwa “DDI ini lahir tahun 1938, bermula dengan pengajian anre gurutta Abdul Rahman Ambo Dalle di Mangkoso. Itulah kemudian yang menjadi dasar tahun berdirinya DDI. Dalam sejarahnya, DDI punya rekam jejak yang luar biasa. telah ikut bejuang merebut dan mengisi kemerdekaan dengan caranya sendiri. Ketika gurutta Ambo Dalle diculik oleh gerombolan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar, gurutta Ambo Dalle-lah yang menasehati Kahar agar kembali ke pangkuan NKRI.” tutup rektor UIM ini.
Kesempatan berikutnya dilanjutkan oleh wakil ketua umum Nurhasan, yang memaparkan rencana puncak acara Milad DDI ke-85 tahun. “Tahun ini adalah tahun peringatan Milad Akbar DDI yang ke-85 Tahun, olehnya itu sat ini kami sedang mempersiapkan peringatan milad tersebut yang rencananya akan dihadiri oleh kurang lebih 1.000 orang warga DDI yang terdiri dari alumni, santri dan simpatisan DDI dari seantero nusantara. Olehnya itu, mohon kesediaan pak Kapolrestabes untuk memberi izin keamanan pelaksanaan acara tersebut.” Tutup calon anggota DPR-RI daerah pemilihan Sulawesi Selatan 2 dari PAN nomor urut 2 ini.

Kombes Ngajib kemudian menimpali, “terima kasih atas kehadiran pak kyai semua di kantor pada Jum’at lalu, saya mohon maaf sebesar-besarnya tidak sempat menjamu meski telah terjadwal sebelumnya, karena kondisi darurat yang memaksa sehingga perlu kita jadwalkan ulang. Dan alhamdulillah, malam ini pak kyai semua berkenan menerima saya”
Penyandang 3 melati ini kemudian melanjutkan, “sebelumnya, tahun 97-98 saya juga pernah bertugas di kota Makassar ini. Waktu itu, pak kyai mungkin masih ingat kasus UMI? Saya ikut mengamankan ketika itu.
“Makassar ini belum banyak berubah secara kultur kriminal sejak dulu. Kebiasaan minum ballo sebagian warganya masih banyak, dan sebenarnya ini yang menjadi pemicu segala bentuk kriminal dan kemaksiatan lainnya.”
“Sekarang ini, kita pelajari, ternyata pelaku tawuran massal itu ada proses pengkaderan di dalamnya. Anak usia 10-15 tahun dikader untuk melanjutkan tradisi kriminal seniornya. Bibit kriminil ini diambil dari anak-anak jalan dan terlantar, yang mungkin karena rumahnya tidak mampu menampung dia untuk tidur malam sehingga harus keluar rumah menggelandang. Ini juga dipicu oleh minimnya pemahaman orang tua akan pengetahuan agama, sehingga lalai mendidik anak-anak mereka. Fenomena sosial masyarakat kota ini, begitulah adanya.”
“Tapi, tentu kami sebagai aparat pelayan masyarakat tidak tinggal diam saja. Berbagai usaha dan langkah terus kita upayakan untuk menekan aneka rupa tindak kriminalitas. Semoga para kiyai para guru di DDI bisa bersinergi berkolaborasi bersama polrestabes Makassar untuk membina dan membantu menyadarkan masyarakat kita ini melalui program-program yang bisa kita diskusikan lebih lanjut nanti.” Tutup perwira menengah tertinggi POLRI ini.
Silaturahim berlangsung lebih kurang 1 jam. Obrolan berlangsung santai dan hangat ditemani menu mie dan bakso. Sebelum beranjak, kapolrestabes ini begitu ramah menyapa dan menyalami semua yang hadir satu per satu. Ngajib hadir bersama beberapa staf dan ajudan. (AB)