Soppeng, ddisulsel.or.id – Peningkatan pendidikan selalu bergaris lurus dengan sumber daya manusia yang mengajar dan juga fasilitas yang dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan.
Hal tersebut menjadi perhatian orang tua santri Pondok Pesantren DDI Pattojo di Soppeng, sehingga orang tua santri yang tergabung dalam Komite Madrasah melakukan rapat dan menginisiasi adanya sumbangan dana bagi guru honorer yang mengabdi di Pondok.
Pimpinan Pondok Pesantren DDI Pattojo, Dr. H. Andi Aderus Banua mengungkapkan bahwa inisiasi itu merupakan rapat dari Komite Madrasah dalam hal ini orang tua santri itu sendiri bersama pimpinan dan guru madrasah.
Mendengar berita bahwa Pondok Pesantren utamanya MTs DDI melakukan pungutan liar hal itu merupakan informasi yang kurang benar karena dari Pattojo tidak mewajibkan hal tersebut.
“Kami sangat bersyukur atas apa yang diinisiasi oleh Komite Madrasah tetapi kami juga melihat bahwa selain banyaknya orang tua santri memberikan apresiasi kepada guru honorer di Pondok dengan sumbangan tersebut, tetapi di sisi lain ada juga beberapa orang tua santri yang tidak mampu yang ingin menyekolahkan anaknya di sini. Pada akhirnya, diputuskan 100 ribu dengan catatan orang tua santri yang tidak mampu, tidak dikenakan pembayaran dengan menyertakan ketidakmampuan,” ungkapnya.
Hal tersebut selaras dengan Kepala Madrasah MTs DDI Pattojo Aisyah saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan kami tidak menentukan jumlah pembayaran kepada orang tua karena ini merupakan sumbangan dan bagi siswa yang tidak mampu membayar itu tidak apa-apa dan ini merupakan hasil rapat komite orang tua.
Aisyah mengungkapkan bahwa sumbangan itu hasil tinjuan komite pada waktu datang ke sekolah yang melihat gaji honorer di sekolah ini hanya Rp. 100.000/bulan sehingga sebagai apresiasi kepada guru honorer yang ada di sekolah, komite sekolah membuat keputusan adanya sumbangan kepada guru honorer.
Selain untuk tambahan gaji, lanjut Aisyah, sumbangan tersebut untuk membantu kegiatan-kegiatan santri yang tidak ditunjang oleh dana BOS. “Memang kalau cuma dana BOS yang diharapkan, beberapa kegiatan santri tidak cukup. Seperti pada waktu POSPEDA tingkat provinsi di Makassar, beberapa santri menjadi wakil Soppeng,” pungkasnya.