Abdurrahman Zein Hadiri Orientasi Moderasi Beragama

Makassar, sulsel.ddi.or.id – Pengurus Wilayah Darud Dakwah wal Irsyad (PW DDI) Sulawesi Selatan mengutus ketua koordinator bidang pendidikan pesantren dan perguruan tinggi Dr. Abdurrahman Zein, Lc, M.Ag sebagai peserta dalam orientasi moderasi beragama yang digelar Kementerian Agama Sulawesi Selatan.

Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya membumikan tentang moderasi beragama dalam hal ini Kemeterian Agama RI, salah satunya melalui kegiatan orientasi pelopor penguatan moderasi beragama tingkat provinsi yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan.https://instagram.com/ad.daar?igshid=MzNlNGNkZWQ4Mg==

Ketua koordinator bidang pendidikan pesantren dan perguruan tinggi DDI Sulsel Dr Abd Rahman Zain, Lc MTh.I selaku ketua koordinator bidang mengakui hal itu saat di konfirmasi mengenai ke ikut sertaannya dalam kegiatan tersebut yang dilaksanakan di aula lantai 2 Kanwil Kemenag Sulsel di Jl. Nuri no 53 Makassar selama 4 hari yang di mulai sejak Senin-Kamis, 24-27 Juli 2023.

Ia mengatakan bahwa ini adalah kegiatan yang sangat bagus, terlebih bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang moderasi beragama yang akhir-akhir ini banyak di salah pahami khususnya kaum milenial.

“Masyarakat harus tahu dan paham apa itu moderasi beragama dan bagaimana pengaplikasiannya. Oleh sebab banyak orang yang mengira bahwa itu tidak penting padahal sebaliknya, apa lagi saat ini munculnya manhaj-manhaj yang ekstrim dalam memahami agama tanpa melihat dari aspek histori dan turunan-turunannya,” ungkap Rahman Zain.

Alumni Timur Tengah ini pun menjelaskan sedikit tentang apa itu Islam wasathiyah dalam moderasi beragama yang di sampaikan oleh para pemateri selama masa orientasi tersebut.

Menurutnya, Islam wasathiyah itu adalah Islam yang senantiasa berada di garis tengah, maknanya adalah ia selalu bersikap Netral dan menjunjung tinggi sikap keseimbangan.

Maksud dari menjunjung tinggi sikap keseimbangan adalah, lanjut Rahman Zain, senantiasa menjaga diri dari perilaku ekstrem dalam beragama, namun juga tidak lemah dalam melihat suatu persoalan, kata Direktur Ponpes DDI Abrad Makassar ini.

Pada zaman Rasulullah, telah ada kelompok-kelompok yang bersikap ekstrem terhadap sesuatu dan ada pula yang bersikap sangat lemah terhadap suatu persoalan.

Nah, di sinilah Islam hadir di tengah-tengah polemik tersebut dan menjadi penengah dan menjadi penetralisir atas sikap-sikap yang masing-masing berat sebelah, dalam hal ini memahami tentang katauhidan.

Yang menjadi perbedaan di kalangan umat Islam adalah konsep ilmu fiqih dan turunan-turunannya, seperti fiqih politik Islam, fiqih muamalat dan sebagainya.

Orientasi penguatan moderasi beragama ini dihadiri oleh puluhan peserta, di antaranya adalah perwakilan dari NU, perwakilan dari Muhammadiyah, perwakilan dari MUI, FKUB dan berbagai ormas Islam lainnya.

Kontributor: Nur Abdal Patta

About rizkayadi sjukri