Wahabi Versi Mangkoso

Muammar Bakry (I’dadiyah 86/Aliyah 93)

Palu, sulsel.ddi.or.id – 12 Mei 2012, adalah hari berduka keluarga DDI terutama santri-santri DDI Mangkoso. Tokoh fenomenal Gurutta Wahab Zakariya berpulang ke rahmatullah setelah menderita strok saat menyampaikan ceramahnya di suatu tempat.

Pak Wahab atau juga gurutta Wahab bergitu sering dipanggil oleh banyak orang adalah guru yang sangat disegani oleh santri-santrinya karena ketegasannya dalam mengajar dan membina.

Jika 1000 santri duduk langsung diajar dalam satu halaqah pengajian, dipastikan tidak ada santri yang berani bergerak sedikit pun sekalipun nyamuk menggigitnya ataupun mungkin tikus dan kalajengking datang menghampirinya.

Gurutta tak segan-segan memberi pelajaran secara fisik kepada santri yang mencoba coba bermain dalam pelajaran ataupun melanggar aturan kampus. Benda apa saja di sekitarnya bisa melayan ataupun juga langsug tamparan dan cubitan kepada santri jika memungkinkan itu dilakukan.

Kedengarannya sangat kejam, andai ada yang melakukan saat ini mungkin sudah banyak laporan ke pihak berwajib, sekalipun masa itu sudah sering ada guru dipenjarakan karena tindak kekerasan dilakukan seorang guru kepada muridnya, atau bahkan sudah pernah terdengar saat itu guru dipukul balik oleh keluarga murid.

Tapi kasusnya berbeda pada Gurutta Wahab, nyaris tidak pernah terdengar ada yang laporkan kepada yang berwajib, padahal boleh dikata mungkin setiap hari ada saja santri yang mendapat bagian dari tangan gurutta yang biasa santri sebut dengan “barakka” sekalipun dalam bentuk peco’ (cubitan) dan palleppa (tamparan).

Boleh jadi apa yang dilakukan sesungguhnya bukanlah fisiknya tapi degan hatinya. Beliau pernah berkata kepada para guru, jangan memukul jika dalam keadaan marah. Gaya memukul biasa juga beliau sebutkan dengan sunah Nabi yang memerintahkan kepada orang tua untuk memukul anaknya jika tidak melaksanakan salat.

Beliau pernah berkata, “pukulan orang tua kepada anaknya bagaikan hujan bagi tanaman” dikutip dari adigium arab yakni “dharbul walid ‘alal walad kalmathar ‘alannabaat”.

Semua cerita santri yang pernah mendapat bagian, memiliki kisah masing-masing dengan kesannya yang berbeda-beda. Ada yang berkata, kalau bukan karena berkah tangannya gurutta saya tidak seperti ini. Ada yang berkata, saya bisa jadi orang karena pecok-na gurutta dan seterusnya.

Gurutta adalah ulama yang berkarakter, maka santri yang khatam atau setengah khatam belajarnya kepada gurutta akan mendapatkan pengalaman hidup yang amat berharga. Beliau mengajarkan bagaimana menghadapai kehidupan yang penuh dengan tantangan. Beliau mengajarkan kemandirian dan keteguhan dalam menghadapi problematika dalam hidup.

Beliau juga memiliki karakter pemikiran keagamaan yang sangat fundamental dengan menjaga prinsip dan kemurnian ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Gurutta Ambo Dalle dan guru-gurunya selama di Mangkoso.

Bertahun-tahu beliau di Mesir, namun karakter ideologi keagamaan yang dipelajari semasa di Mangkoso tetap saja terjaga dengan baik. Sekalipun penampilan wajahnya yang khas dengan jenggot panjang, namun hati dan pikirannya masih menganut paham Ahlusunnah wal Jamaah sebagaimana yang diajarkan oleh Asy’ariyah. Beliau sering merujuk Kitab Ihya’ Ulumuddin yang dikarang oleh Imam Al-Gazali yang oleh orang merasa hebat sering kali disesatkan, demikian pula kitab-kitab fikih lainnya sebagaimana yang diajarkan oleh mazhab Syafi’iyah yang secara bersanad seperti membaca basmalah secara Jahar, qunut ketika subuh hingga membaca zikir dengan suara yang keras ketia menjadi Imam salat. Tradisi Islam juga beliau rawat dengan baik, seperti maulidan, baca barazanji dan lain-lain hingga komitmen kebangsaannya tidak diragukan ke-NKRI-annya dan ideologi Pancasila-nya

Saya sebagai santri yang sangat paham kedalaman ilmunya, merasa belum bisa menyaingi keunggulan kajian kitabnya dalam menelusuri referensi utama Islam yang original, maka saya lebih memilih menjadi pengikutnya saja, saya siap menjadi WAHABI artinya menjadi pengikut gurutta Wahab Zakariya yang sudah pasti sanadnya bersambung kepada Rasulullah saw. Alfatihah untuk Gurutta.

About rizkayadi sjukri