AG. Prof. Ali Yafie, Sang Maha Guru Panutan asli Indonesia Timur

Jakarta, ddisulsel.or.id – Anre Gurutta, sapaan familiar Kiai pondok di Indonesia Timur. Sosok Sederhana, terkenal Romantis kepada keluarganya, meski itu adalah bagian menghargai Sang Pujaan Hatinya “Nyai Aisyah”.

Lebih banyak diam alias irit bicara di setiap moment pertemuan. Menjawab sesuai porsinya, Kau diam dia menanti awal cerita. Engkau bertanya, Pasti memberi kejutan Jawaban yang berbeda dari biasanya.

Besar di timur Indonesia, sukses menaklukkan Jakarta, saat riak kehidupan Zaman Orde Baru masih Berkuasa. Sang Kiai Ali Yafie berhasil tampil sebagai Ulama Kharismatik, teguh pendirian, hingga bersuara lantang ketika semua orang tidak sepakat sekalipun, misal keberanian Gurutta Menyampaikan aspirasi Ummat soal Mundurnya Soeharto dari Kursi Kekuasaannya saat itu.

Kiai Ali Yafie, Gentleman menyuarakan kebenaran, miliki prinsip heroik yang Tangguh, gemar Mengundurkan diri dari Jabatan meski itu bagi orang sayang sekali, sebut saja ketika menjabat Rais ‘Am di PB NU di tahun² 90-an.

Itulah prinsip hidupnya, merdeka dalam bertidak, karakteristik kesaktiannya sangat kental, daya nalarnya unik dan terkontrol, ahli Ushul Fiqhi, memiliki banyak karya monumental dan segar dibaca sepanjang masa, dirindukan banyak khalayak, dan akrab dengan anak²nya, memberi solusi cukup sederhana tapi sungguh masuk akal.

Juli Tahun 96, di Bintaro kediaman Sang Kiai Ali Yafie kutemui bersama sahabat saya Arifuddin Arif, sekarang Dosen Tarbiyah di UIN Palu Sulawesi Tengah.

Pagi hari sejuk bersahaja dalam penampilan Ulama yang ketika itu sedang menjabat Ketua MUI. Mendengar namanya cukup lama. Kali pertama berjumpa, ketika itu ekspetasi tentang Ayahanda Prof Ali Yafie sangat mengagumkan, memberi wejangan simple tapi fundamental, didampingi sang Istri tercinta meski tidak lama, cukup dia kenalkan lalu Nyai Aisyah bergeser ke dapur layaknya Hadijah masa Kini.

Kagum sungguh membius pemandangan sosok keluarga Ayahanda Prof Ali Yafie. Salah satu pesannya yang masih terngiang hingga sekarang adalah, “Jadilah Aktivis Kampus yang teladan kepada adek²nya, Akhlak santri yang mulia jauh lebih baik dari pada Ilmuan Terkenal kaliber dunia tapi sikapnya kurang”.

Selamat Jalan Ayahanda Kiai Ali Yafie. Sang Maha Guru Panutan asli Timur Indonesia

Kakanda Helmi Ali Yafie, hampir² copy Paste performa ayahanda Kiai Ali Yafie jatuh dianak Sulungnya, dari empat generasi 3 Laki² dan Seorang Perempuan, yaitu kakanda Helmi, Ali, Saifuddin Ali, Azmi Ali dan Badrudtamam Ali.

Anak Sulung Beliau aktivis Kampus dan Pelaku NGO yang cukup disegani. Ketika mengurai satu persoalan, sangat menginspirasi, dan salah satu mentor LAKPESDAM ( Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia ) NU.

Tepat semalam hari kedua Takziah ayahanda Ali Yafie. Memandang Gaya obrolan kakanda Helmi Ali, rasanya masih menyaksikan Sosok Sang Ayahanda Kiai Ali Yafie atau akrab disapa Puang Ali di internal keluarga

Kami semua yang Hadir terpaku mendengar reoriented Sang Kiai Ali dalam kesehariannya dalam keluarga, ditemani dengan setia, Alumni Darudda’wah Wal Irsyad ( DDI ) Dr. H Arahan Basid, Nurhasan, S.Hi, Dr. syahrullah, Drs. Kiai Muhsin al-Polmasy dan senior serta junior lainnya.

Selamat jalan Ayahanda Prof KH Ali Yafie, tenanglah di persinggahan sementaranya, “Antal Muqaddimun, Nahnul Muakhirun”, Kepergian mu lebih awal, hanya soal waktu saja, kami semua pasti menyusulmu.

Jakarta, 28 Februari 2023, Pukul 12.34 WIB

Abd. Rauf Hamdany

SantriPuangAli

About rizkayadi sjukri